Dongeng Hongaria - Satu Mata, Dua Mata, Tiga Mata


Pada suatu waktu hiduplah seorang wanita yang mempunyai tiga anak perempuan. Anak pertama mempunyai tiga mata, anak kedua mempunyai satu mata, sedangkan anaknya yang terakhir mempunyai dua mata.

Suatu hari sang ibu memutuskan untuk menikahkan anaknya. Sang ibu ingin menikahkan anak pertamanya terlebih dahulu. Seorang pemuda pun datang untuk melamar anaknya. Tetapi  ia ingin menikahi anaknya yang terakhir yang mempunyai dua mata bukannya sang kakak. Mendengar hal itu sang ibu dan dua anak tertuanya menjadi sangat marah kepada si bungsu. 

Mereka mempunyai seekor kambing dan si bungsu harus mengawasi kambing itu di padang rumput setiap hari. Si bungsu sangat sedih dan menangis dipadang rumput itu karena saudara perempuannya membencinya, dan mereka tidak memberikannya makanan. 


Suatu hari seekor kambingnya bertanya kepadanya “Mengapa kau sangat sedih anak manis?”. “Aku sedih karena kedua saudaraku  membenciku, dan mereka tidak memberiku makan” jawab si bungsu. Kemudian si kambing pun berkata “Jangan sedih, aku akan membantumu. Setiap kali kau lapar cukup ucapkan kalimat ini kambing kecil datanglah kemari, datanglah kemaridan berikan aku sebuah meja. Nanti akan keluar sajian makanan diatas meja jika kau mengucapkan kalimat itu”. 

Sejak itu si bungsu tidak lagi sedih setiap ia pergi menggembala kambing. Karena bantuan kambing itu ia tidak lagi merasa kelaparan. Kedua kakaknya pun merasa heran kenapa adik mereka tidak lagi meminta makanan kepada mereka. Mereka memutuskan untuk mengawasi adik mereka. 


Pada hari pertama, kakak kedua yang bermata satu mengikuti adik bungsunya itu pergi ke padang rumput. Sepanjang hari mereka hanya duduk-duduk saja di padang rumput. “Berbaringlah di pangkuanku” kata si bungsu kepada kakaknya. Setelah ia berbaring si bungsu mulai bertanya “Apakah kau masih terbangun atau sudah tertidur kakakku?”, ia terus mengucapkan hal itu hingga kakaknya tertidur. Setelah kakaknya tertidur ia segera mengucapkan mantra “kambing kecil datanglah kemari, datanglah kemaridan berikan aku sebuah meja”. Setelah itu ia segera memakan hidangan yang muncul tanpa disadari oleh kakaknya yang sedang tertidur. Ketika kakaknya sudah terbangun si kambing pun telah membersihkan semua bekas makanan termasuk meja makannya. Sepulangnya dirumah kakaknya menceritakan kepada ibu dan kakak pertama bahwa ia tidak melihat hal yang mencurigakan selama ia bersama si bungsu.

 


Hari berikutnya mereka memutuskan kakak pertama yang bermata tiga yang akan mengawasi si bungsu. Sama seperti yang dilakukannya kepada kakak keduanya, si bungsu juga menyuruh kakak pertamanya untuk tidur dipangkuannya dan ia mulai menanyakan apakah kakaknya sudah tertidur. Setelah ia melihat kakaknya sudah tertidur, ia mulai mengucapkan mantra. Tetapi tanpa ia sadari mata ketiga kakaknya yang sedikit tertutup rambut ternyata tidak tertidur. Kakaknya itu melihat semua keanehan yang telah terjadi, tetapi ia berpura-pura tetap tertidur dihadapan adik bungsunya.

Sepulangnya dari padang rumput, kakaknya segera memberitahukan hal itu kepada Ibu dan saudarinya. Mereka pun memutuskan untuk membunuh kambing peliharaan mereka itu. Mendengar hal itu si bungsu pun terus-menerus menangis. Malamnya ketika si bungsu tertidur, ia bermimpi didatangi seorang pria tua. Pria itu menyuruhnya untuk mengubur kuku dan tanduk si kambing tanpa sepengetahuan siapapun. Keesokan harinya ia melakukan yang diperintahkan oleh pria tua itu. Di pagi hari berikutnya tumbuhlah sebatang pohon apel emas ditempat ia mengubur kuku dan tanduk si kambing. Tidak ada seorangpun yang dapat memetik apel itu kecuali si bungsu. 

Ketika si pemuda lewat ia meminta saudara pertama dan kedua untuk memetika buah apel emas itu. Mereka berusaha memetiknya tapi tidak ada yang berhasil karena cabang pohon terus menjauh dari mereka. Mereka membuat si bungsu bersembunyi dibawah tempat tidur, dan ia tidak diizinkan keluar setiap kali pemuda itu singgah. 

Suatu hari si bungsu berhasil menggelindingkan buah apel emas dari balik tempat tidurnya ke arah pemuda yang sedang singgah dirumah mereka. Melihat hal itu si pemuda bertanya siapa yang telah berhasil memetik apel tersebut. Mereka menjawab bahwa orang yang memetik apel itu hanyalah gadis kotor yang hanya akan membuang-buang waktunya untuk dilihat. Pemuda itu tidak mengindahkan perkataan mereka, dan ia melihat kebawah tempat tidur. Ia melihat si bungsu, gadis yang ia cintai sejak awal. Dia mengulurkan tangannya ke si bungsu dan mengajaknya pergi. Ia mengatakan bahwa si bungsu harus menjadi istrinya dan bukan orang lain. Setelah itu mereka pergi dari rumah itu dan mereka pun hidup berbahagia.

-------end------ 





0 komentar:

Posting Komentar